Sabtu, 08 Mei 2010

filsafat

BAB I
KRISIS KEHIDUPAN

A. Kebangkrutan Ekonomi
Kebangkrutan ekonomi merupakan akibat dari kecenderungan manusia yang selalu ingin memperoleh material sebanyak mungkin karena padatnya penduduk dan asumsi kurangnya pangan. Sistem ekonomi perdagangan monopolistic membagi sosialitas menjadi dua yaitu produsen dan konsumen. Produsen selalu ingin meraih keuntungan besar sedangkan konsumen hanya ingin menikmati hasilnya. Saat produsen menungkatkan jumlah produksinya,maka, muncul sifat serakah yang bersifat merusak dan menghancurkan,begitu pula dengan konsumen akan semakin malas dan tidak kreatif akibat adanya ketergantungan terhadap produsen, hal ini yang akan merusak dan menghancurkan tatanan kehidupan masyarakat seperti yang terjadi saat ini.

B. Kemunafikan Politik
Kemunafikan politik muncul berawal dari pemerintah sebagai pemegang kekuasaan. Keberhasilan perekonomian nasional berada ditangan pemerintah, akan tetapi yang tampak yaitu prinsip moral dari mereka untuk memperoleh kekuasaan untuk mendapatkan meteri sebanyak-banyaknya dari Negara. Sekarang ini nilai substansial politik telah ditinggalkan dan berganti oleh kelicikan. Bagi mereka kekuasaan Negara kenikmatan hidup. Hal ini mengakibatkan bangkrutnya perekonomian nasional dan kebangkrutan moral. Kebangkrutan ini harus diatasi dengan cara mempergunakan politik sebagai dominan terhadap ekonomi. Untuk itu perpolitikan harus dikembalikan ke azas filsafat dengan nilai moralitasnya.

C. Ketidakadilan Hukum
Peristiwa terror yang sekarang ini sering terjadi merupakan perilaku negative yang disebabkan oleh perbuatan tidak adil dan otoriter para penguasa. Padahal kekuasaan itu diperoleh dari proses politik demokratis tapi setelah kekuasaan itu mereka peroleh tidak dijalankan secara demokratis. Contohnya di Indonesia penegakan hokum dilaksanakan tidak adil, perampok seekor ayam ditahan selama 3 bulan sementara perampok kekayaan Negara dengan jumlah miliyaran ditahan selama 3 tahun dengan fasilitas hotel. Saat filosofi pancasila telah tergeser maka harmonisasi antara hak dan kewajiban tidak akan berjalan normal. Maka jaln yang harus ditempuh adalah pendidikan, melalui pendidikan moralitas dibangun, kepribadian nasional dibentuk.

D. Kehancuran Pendidikan dan Kebudayaan
Teknologi dan perindustrian kini sebagai prodak pendidikan dan berhasil mendorong dinamika kehidupan melaju cepat, akan tetapi pendidikan ini tidak ditumbuhkembangkan dalam perilaku keseharian, ketika semuanya lepas dari pendidikan, maka teknologi dan perindustrian otomatis memberikan keleluasaan terhadap perkembangan moral keserakahan. Dunia pendidikan telah bergeser kearah titik kenikmatan ekonomi material, dimana keluarga akan menyerahkan anak-anak mereka ke sekolah yang dianggap dapat menghasilkan uang nantinya. Hal ini mengakibatkan adanya pengangguran intelektual yang dapat mendorong tumbuhnya moral konsumtif-konsumeristik yang bertentangan dengan kebudayaan.

E. Filsafat Hidup: Hedonisme Materialistik
Dari keempat krisis yang terjadi menandakan terjadi krisis filsafat hidup. Di dalam filsafat hidup terdapat dua pandangan yaitu idealisme dan materialism. pandangan Idealisme berpendapat bahwa dunia ini merupakan bayangan-bayangan belaka dan kehidupan yang sesungguhnya ada dalam dunia ide, sementara materialisme berpendapat bahwa kehidupan dunia ide adalah semu, tidak nyata sedangkan kehidupan yang sesungguhnya adalah nyata, dapat diukur, material dan konkret. Kemajuan teknologi mendorong bergesernya filsafat hidup dari spiritual menjadi bersifat positivisme materialistik yang mendorong perilaku hidup biadap dan tak berbudaya.
























BAB II
ISI DAN ARTI FILSAFAT


A. Pendekatan Etimologis
Filsafat berakar dari bahasa Yunani ‘phillein’ yang berarti cinta dan ‘sophia’ berarti kebijaksanaan, jadi filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Secara awam cinta menggambarkan adanya aksi yang didukung oleh dua pihak yang berperan sebagai subyek dan objek. Aksi yang terjadi karena adanya kecenderungan subyek untuk menyatu dengan objek , untuk menyatu ini subyek harus mengetahui sifat dan hakikat dari objek. Sedangkan kebijaksanaan berarti bersifat benar, baik dan adil yang lahir karna adanya kemauan yang kuat. menurut keputusan perenungan akal pikiran dan atas pertimbangan perasaan yang dalam. Jadi dapat disimpulkan bahwa secara etimologis filsafat berarti pangetahuan terhadap pengetahuan.

B. Perkembangan beberapa aliran
a. Materialisme yang diungkapkan oleh Herakleitos dan Parmenides. herakleitos berpendapat bahwa api adalah azas pertama yang merupakan dasar segala sesuatu yang ada karena api adalah lambing dari perubahan. Herakleitos tidak mengakui adanya pengetahuan umum yang bersifat tetap. Menurut Parmenides pengetahuan yang benar adalah pengetahuan akal karena bersifat umum, tetap dan tidak berubah.
b. Idealisme yang diungkapkan oleh sokrates dan Plato yang berpendapat bahwa semua yang ada di dunia termasuk manusia dan makhluk lainnya bersifat semu, hanya berupa baying-bayang ide karena dunia ini penuh dengan permacam-macaman dan perubahan. Sokrates berpendapat bahwa manusia hanya mampu mencintai sedangkan kebijaksanaan itu hanya ada pada dunia ide yang tidak dapat dijangkau oleh manusia. Hal ini dikarenakan badan dipenjarakan oleh jiwa yang kotor. Untuk membersihkan jiwa yang kotor ini manusia harus berbuat baik yaitu perilaku bebas dari nafsu-nafsu badan.
c. Realisme oleh Aristoteles, berpendsapat bahwa dunia yang sesungguhnya adalah dunia real, yaitu dunia ynag konkret, yang bermcam-macam, bersifat relative dan berubah-ubah. Aristoteles berpandangan setiap yang ada pasti ada dalam 10 kategori yaitu:
1. Substansi yang berarti setiap hal pasti berada dalam dirinya sendiri.
2. Kualitas yang berarti setiap hal berada pada kualitasnya sendiri.
3. Kuantita yang berarti setipa hal pasti berada dalam bentuknya sendiri.
4. Relasi yang berarti setiap hal pasti berada di dalam hubungannya dengan yang lain, misalnya keluarga.
5. Aksi yang berarti dalam hubungannya dengan yang lain setiap hal pasti memainkan suatu peran, missal berperan dalam keluraga seperti kepala keluarga.
6. Passi yang berarti setiap hal pasti menanggung derita atas aksi atau tindakan yang diperankan, misalnya tanggung jawab sebagai kepala keluarga.
7. Sapace yang berarti setiap hal dalam eksistensinya pasti terikat dalam ruang atau tempat tertentu.
8. Tempo yang berarti setiap hal dalam eksistensinya pasti terikat terikat dalam waktu tertentu.
9. Situs yang berarti setiap hal dalam eksistensinya pasti terikat dalam keadaan tertentu.
10. Habitus yang berarti dalam eksistensinya setiap hal pasti terikat dalam kebiasaannya sendiri.
d. Rasionalisme oleh Rene Descartes, yang berpendapat bahwa pengetahuan yang benar bersumber dari dunia rasio, karena rasio adalah realitas sesungguhnya. Sedangkan pengalaman indera hanya mampu mengenali data-data empiric, bukan merupakan suatu kebenaran sehingga tidak dapat dipercaya.
e. Empirisme oleh John Lucke, yang berpendapat bahwa pengetahuan yang benar bersumber dari dunia pengalaman, dunia konkrit. Kebenaran terbentuk oleh pengalaman yang ditentukan oleh situasi dan kondisi tertentu.
f. Kritisisme oleh Immanuel Khant yang berpendapat bahwa pengetahuan yang benar ada di dunia ide, dunia kritik tas kemampuan akal pikiran dan pengalaman. Secara fenomenologis pengetahuan yang bersumber dari rasio disebut pengetahuan apriori dan pengetahuan yang bersumber dari pengalaman disebut pengetahuan apposteriori sedangkan menurut metodanya dibagi menjadi dua yaitu pengetahuan sintetik dan analitik. Dari keempat hal di atas dapat dilihat bahwa kemampuan rasio dan pengalaman tidak dapat dipisahkan.

C. Pendekatan Objektif
Menurut objek meterinya filsafat menyelidiki segala sesuatu yang ada meliputi manusia, alam dan sang pencipta. Sedangkan menurut objek formanya filsafat mnyelidiki segala sesuatu yang ada dari segi abstrak dan konkret. Manusia, alam dan Sang bpencipta berada dalam hubungan integral kausalistik, dimana manusia dan alam bergantung sepenuhnya terhadap sang pencipta.


D. Defenisi Akumulatif
Filsafat adalah pemikiran radikal yaitu penyelidikan dengan berpikir mendalam hingga unsure-unsur inti yang secara sistematik bersama-sama objek pemikiran itu ada sebagaimana halnya ditemukan.pemikiran filsafat harus dilakukan secara sistematik dari satu tahap ke tahapan lain, agar kondisi pemikiran tetap terpelihara maka pemikiran kefilsafatan harus dijiwai dan senantiasa didorong oleh rasa cinta terhadap kebenaran itu ada.

BAB III
HAKIKAT MANUSIA DAN PERSOALAN PENDIDIKAN


A. Hakikat Manusia
Manusia mengetahui mana yang baik dan yang buruk akan tetapi bila ada kesempatan mereka akan berperilaku yang negative, hal ini menandakan bahwa pengetahuan manusia belum terhubungkan secara kausalistik fungsional dengan perilaku sehari-hari. Kesenjangan ini dapat dipertemukan melalui pendidikan. Dengan kemajuan teknologi mengakibatkan dunia spiritual terabaikan.
1. Manusia Makhluk Berpengetahuan
Berbeda dengan maakhluk lainnya manusi lahir dengan potensi kodratnya sebagai berupa cipta, rasa dan karsa, dengan ketiga potensi ini manusia selalu terdorong untuk ingin tahu dan mendapatkan apa yang terkandung di dalam segala yang ada. Ketiga jenis nilai tersebut dijadikan landasan dasar untuk mendirikan filsafat hidup, menentukan pedoman hidup dan mengatur sikap dan perilaku hidup agar senantiasa berada pada pencapaian tujuan hidup.
2. Manusia Makhluk Berpendidikan
Dengan kemampuan pengetahuan yang benar manusia berusaha menjaga dan mengembangkan kelangsungan kehidupannya dengan mengamalkan pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam perilaku sehari-hari ini pengetahuan berubah menjadi moral kemudian menjadi etika kehidupan. Antara manusia dan pendidikan terjalin hubungan kausalitas, karena manusia pendidikan itu ada dan karena pendidikan manusia semakin menjadi diri sendiri.
3. Manusia Makhluk Berkebudayaan
Dengan adanya pendidikan secara terus menerus dihasilkan ilmu pengetahuan yang sarat dengan nilai kebenaran yang mendorong terbentuknya sikap perilaku arif dan berkeadilan yang selanjutnya perilaku ini dapat membangun kebudayaan dan peradabannya. Potensi dan teknologi sekarang ini seharusnya dapat membuat manusia dapat membangun hubungan romantis antara kebudayaan dengan alam.



B. Filosofi Kehidupan
Secara filosofis persoalan kehidupan dibagi menjadi tiga yaitu asal mula yang ditandai dengan kelahiran, tujuan ditandai dengan kematian dan eksistensi berupa jalan yang menghubungkan antara asal mula dengan tujuan.secar filosofi asal mula dan tujuan berada pada dunia metafisis yang bersifat universal dan tidak mengalami perubahan, sedangkan eksistensi berada pada dunia fisis, di dunia ini muncullah berbagai arti kehidupan yang mengakibatkan keragaman filsafat hidup, sikap dan perilaku.

C. Problematika Pendidikan dalam Kehidupan
Berbicara tentang pendidikan berarti berbicara tentang kehidupan manusia. Jika pendidikan mengalami krisis maka semua orang atau bangsa mengalami krisis kependidikan yang mengalami krisis multi dimensi. Menurut pertimbangan filsafat bahwa masalah yang dihadapi manusia tersebut merupakan akibat rendahnya kul;itas pendidikan. Setelah menjalarnya teknologi watak kehidupan manusia berubah menjadi penuh persaingan.

Praktek menyelenggaraan kehidupan social politik kenegaraan yang merapuh disebabkan kualitas kepribadian setiap individu, diman akualitas itu ditentukan oleh kualitas tujuan hidupnya. Ukuran kualitas dan keberhasilan pendidikan sekarang ini terletak pada keberhasilan seseorang dalam hal kehidupan ekonomi material, terbukti bahwa pendidikan yang tinggi ditempuh untuk mendapatkan material.

D. Problematika Kependidikan
Komersialisasi pendidikan yang terjadi berbanding lurus dengan krisis moral yang dikarenakan orientasi kependidikan sebagai akibat system ekonomi yang bersifat material kapitalistik. Keluarga, sekolah, masyarakat, Negara dan peserta didik merupakan pihak-pihak yang bertanggung jawab terhadap pendidikan sangat kurang perhatiannya terhadap metodologi pendidikan. Adanya pendapat yang menyatakan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka ia semakin terdidik padahal kemungkinan sekolah tersebut kurang fasilitasnya. Hal ini dapat mengakibatakan kebangkrutan kehidupan social di segala bidang.
Persoalan pendidikan untuk teknologi dan penindustria adalah wajar, tetapi saat pendidikan diselenggarakan hanya un tuk teknologi dan penindustrian, hal ini dapat dicegah dengan memutar bahwa teknologi dan industri digunakan untuk pendidikan. Orientasi hidup dengan mengutamakan pemenuhan keinginan dam mengesampingkan kebutuhan berakhir pada kerapuhan moral. Hidup dibawah kekuasaan ekonomi jauh lebih sulit dibandingkan dengan politik, sebab ekonomi berada dekat dengan kelangsungan hidup.











BAB IV
ARTI PENDIDIKAN
(Pendekatan Eksistensial)


A. Arti Luas Pendidikan
Dalam arti luas pendidikan merupakan sistem proses perubahan menuju pendewasaan, pencerdasan dan pematangan diri, oleh sebab itu pada dasarnya pendidikan wajib bagi siapa saja, kapan dan dimana saja. Naluri kependidikan telah ada sejak lahir. Atas daya ciptanya manusia menciptakan metode pendidikan secra berencana, yang beraneka ragam dalam jenis dan jenjang yang disusun menurut kemampuan daya pikir, sesuai dengan lingkungan, kebutuhan dan tujuan hidup.
Dari penjelasan di atasdapat diketahui bahwa pendidikan adalah suatu upaya untuk membuat manusia menjadi lebih baik. Dengan membudayakan kehidupan berartii manusia meningkatkan potensi akal pikirannya melalui pendidikan. Kebudayaan spiritual diposisikan dan difungsikan sebagai dasar dan sumber bagi kebudayaan material. Seluruh kegiatan hidup terdapat pendidikan, sehingga apapun yang menjadi tujuan hidup maka menjadi tujuan pendidikan, bagi manusia pendidikan itu mutlak perlu.

B. Arti Sempit Pendidikan
Dalam arti sempit pendidikan adalah seluruh kegiatan belajar yang direncanakan dengan materi terorganisir, dilaksanakan secara terjadwal dalam sistem pengawasan dan diberikan evaluasi berdasarkan tujuan yang telah ditentukan seperti pada lembaga pendidikan, sekolah. Jadi pendidikan dalam arti sempit berarti bukan memotong isi dan materi pendidikan, melainkan mengorganisirnya dalam bentuk sederhana tanpa mengurangi kualitas dan hakikat pendidikan.
Kegiatan utama pembelajaran berdasarkan pengasuhan dan pembimbingan peserta didik dengan dua sasaran khusus yaitu:
1. Menumbuhkan kesadaran terhadap persoalan kehidupan yang ada dan yang aka nada.
2. Membentuk kemampuan berupa kecakapan dan keterampilan.
Orang tua memiliki kesibukan sehigga tak memiliki waktu yang banyak untuk memberikan pelajaran dan bimbigan terhadap anak-anaknya untuk itu mereka mempercayakan pada pendidikan sekolah, dimana seorang guru dapat berkomunikasi secara langsung setiap hari. Oleh krena itu seharusnya guru adalah orang yang mencintai dunia pendidikan, berjiwa pendidik dan mempunyai wawasan pendidikan. Penyelenggaraan pendidiksn di sekolah menitik beratkan upaya agar materi pembelajaran dapat lebih mudah diamati, diinternalisasi, dihayati, ditransfer dan dilaksanakan dalam kehidupan nyata. Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah masalah substansi kehidupan manusia dengan arti antara pendidikan dan manusia adalah dua hal yang berhubungan dan saling menentukan. Pendidikan menentukan sifat hakikat manusia.
C. Arti Alternatif Pendidikan
Dari penjelasan secara luas dan sempit muncul pemikiran alternative ysng tercermin pelaku pendidikan adalah keluarga, masyarakat dan sekolah yang berada dalam sistem integral yang disebut tripartite pendidikan. Tujuannya adalah agar aspirasi dalkam keluarga dapat dikembangkan disekolah dan akhirnya diaplikasikan dalam masyarakat. Tujuan pendidikan adalah mencerdaskan potensi-potensi spiritual, intelektual dan emosional setiap individu yang akan berpengaruh dalam masyarakat. Masa pendidikan berlangsung sepanjang zaman menurut jenjang-jenjang tertentu. Dimulai dari keluarga, sekolah dan berbagai jenis kegiatan dalam masyarakat. Pendidikan berlangsung hanya dalam linhkungan sosial budaya. Kegiatan pendidikan selalu kegiatan pembelajaran bukan pengajaran.

D. Paradigma Filsafat Pendidikan
Pendidikan berada pada seluruh sector kegiata manusia. Hubungan kodrat antara ppendidikan dan manusia bagai jiwa dan badan. Pendidikan menentukan kelangsungan hidup manusia menuju tujuan akhir. Jurang-jurang yang terjadi di dalam kehidupan manusia inilah yang menyebabkan konflik sosial sering terjadi. Agar hubungan pendidikan dan manusia tetap terjaga maka perlu dibangun kerangka filosofi pendidikan. Dengan filosofi ini diharapkan tujuan pendidikan sejalan dengan tujuan kehidupan sehingga jurang pemisah yang ada hilang. Filsafat adalah induk semua bidang studi dan disiplin ilmu pengetahuan dengan memnadang setiap objek dari segi hakikatnya.



















BAB V
ASPEK ONTOLOGI PENDIDIKAN
-Masalah Pencerdasan Spiritual-


A. Pendidikan dan Manusia
Manusia berhak mendapatkan pendidikan sebab tanpa pendidikan manusia tidak dapt menjalankan tugas dan kewajibannya di dalam kehidupan. Untuk itu pendidikan difungsikan untuk menumbuhkembangkan segal potensi yang ada dalam diri manusia. Dari pembelajaran yang diberikan bias melahirkan kejujuran dalam berprinsip dan menjadi dasar dalam bersikap sedara benar dan berlaku adil.
Kecerdasan spiritual juga penting sebab dijadika fundasi eksistensi kehidupan manusia agar berlangsung berdasarkan kesadaran tentang sifat hakekat asal mula dan tujuan kehidupan. Peranan keluarga dalam pendidikan adalah menumbuh kembangkan nilai keindahan spiritual seperti bersyukur, sabar dan kajujuran yang diaplikasikan setiap hari dalam kehidupan berkeluarga. Peranan pendidikan sekolah adalah mengembangkan dan membentuk potensi intelektual atau pikiran menjadi cerdas dengan meningkatkan pengetahuan membaca, menulis dan berhitung. Sedangkan peranan masyarakat dalam pendididkan adalah melakukan penanaman nilai kebaikan dalam setiap kegiatan yang ada di masyarakat sehingga keadilan dalam seluruh aspek kehidupan social dapat dikembangkan.


B. Pendidikan Filsafat
Berdasarkan filsafat, pendidikan berperan untuk membangun filsafat hidup sebagai pedoman hidup sehari-hari. Yang berartti seluruh kegiatan pendidikan itu harus bermanfaat bagi masa depan. Tanpa filsafat, pendidikan tidak terarah sedangkan tanpa pendidikan, filsafat tidak akan pernah menyentuh konteks hanya berada dalam dunia utopianya.

C. Pendidikan dan Sejarah
Sejarah adalah suatu rentettan peristiwa yang terjadi dalam kehidupan manusia yang disengaja atas dasar kesadaran. Karena adanya perencanaan sejarah maka manusia selalu mengubah dan mengembangkan sistem pendidikan sesuai dengan tuntutan zaman. Sejarah mengidekan masa depan yang lebih baik dan maju sedangkan pendidikan penindaklanjuti dengan mengubah dan mengembangkan system pembelajaran. Jadi dapat diketahui bahwa saat pendidikan sedang berproses berarti manusia sedang berada dalam proses sejarah menuju masa depan.

D. Pendidikan dan Iptek
Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah suatu sistem portensi intelektual manusia yang dihasilkan dari rentetan panjang sistem proses kegiatan pendidikan dari zaman ke zaman. Dengan ilmu pengetahuan dan teknologi segala perubahan yang direncanakan oleh pendidikan dapat dikerjakan sehingga kehidupan dapat semakin berkembang dan maju.

E. Sebuah Paradigma Ontologi Pendidikan
Secara ontologi tanpa manusia pendidikan bukan apa-apa dan tanpa pendidikan manusia tidak mampu mempertahankan kkelangsungan hidupnya. Secara ontologis manusi berada dalam tiga tingkatan hakikat yaitu;
- Essensi abstark pendidikan. Artinya pendidikan itu bersifat universal yaitu mutlak ada dan berlaku untuk setiap manusia siapapun, kapanpun dan dimanapun.
- Essensi potensial pendidikan. Dalam hal ini manusia menjadi dirinya sendiri dimana ia menumbuh kembangkan keceerdasan intelegensi sehingga terbentuk kepribadian yang kreatif. Dimana ia dapat yekun, teliti dan terampil dalam menghadapi masalah dalam kehidupan sehari-hari.
- Essensial konkret pendidikan. Pada tingkatan ini pendidikan adalah upaya untuk menumbuhkan kesadaran akan hakekatnya berdasarkan asal mula dan tujuan hidup manusia.














BAB IV
ASPEK EPISTEMOLOGI PENDIDIKAN
-Masalah Pencerdasan Intelektual-

A. Objek Pendidikan
Dalam ilmu pengetahuan objek terdiri dari dua yaitu objek materi dan objek forma. Objek materi yaitu manusia dengan berbagai perwujudannya sedangkan objek forma yaitu manusia dari segi potensi intelektualnya. Menurut objek formanya materi pendidikan (kurikulum) yang sesuai dengan sasaran khusus epistemology pendidikan yaitu yang mampu mengembangkan keahlian dan keterampilan hidup. Setiap industri pendidikan sekolah selalu berada di dalam lapisan-lapisan lingkungan secara sentryfugal yaitu;
1. Lapisan pertama berupa linhkungan dekat yang mencangkup wilayah kabupaten, dimana aspek sosial dan alamnya mempunyai spesifikasi.
2. Lapisan kedua berupa lingkungan menengah (provinsi), dimana social budaya, lingkungan alam dan sumberdayanya bersifat heterogen.
3. Lapisan ketiga berupa lingkungan nasional (wilayah politik kenegaraan), dimana potensi sosial budaya, lingkungan alam dan sumberdayanya lebih heterogen.
4. Lapisan keempat berupa lingkungan global (kawasan internasional), dimana potensi sosial budaya, lingkungan alam dan sumberdayanya lebih kompleks.

B. Metode Pendidikan
Metode pendidikan adalah bagaimana cara yang tepat isi atau materi pendidikan itu dididik dan diajarkan. Tujuan utama pendidikan adalah mengembangkaan potensi manusia khususnya potensi intelektualnya, potensi ini dididik untuk dikembangkan karena manusia itu sendiri dalam dirinya telah ada bakat dan potensi. Dalam pengembangkan bakat-bakat tersebut yang bertanggung jawab adalah;
- Pertama keluarga, sebab orang tualah yang pertama kali mengetahui bakat yang dimiliki oleh seorang anak sehingga orang tua wajib mengasuh dan membimbing hingga anak memasuki sekolah, selanjutnya bakat yang diketahui ini disampaikan pada pihak sekolah.
- Kedua adalah sekolah, sekolah bertujuan mengembangkan bakat yang dimiliki oleh seorang siswa denagn cara menyiapkan pengajaran (kurikulum) yang telah terencana.
- Ketiga adalah masyarakat, masyarakat bertanggung jawab untuk memanfaatkan bakat yang telah dikembangkan tersebut. Dalam masyarakat sumber daya manusia ini ditempatkan sesuai dengan bakat dan potensi yang dimiliki.



C. Sistem Pendidikan
Dalam ilmu pengetahuan berdasarkan sifat objek studi system terbagi dua yaitu sistem tertutup dan sistem terbuka. Penerapan sistem tertutp adalah penyelenggaraan sistem kegiatan pendidikan menurut koridor pengajaran sedangkan sistem terbuka menurut koridor pembimbingan dan pengasuhan. Sistem kegiatan pendidikan dengan penekanan pada pengajaran menghasilkan manusia dengan keahlian dan ketrampilan imitatif. System pendidikan lebih terbuka, sasarannya adalah menumbuhkembangkan bakat yang ada dalam diri peserta didik. Jika system pendidikan ini dilaksanakan secara konsisten, meski diperlukan biaya yang besar, pendidikan sekolah diharapkan menghasilkan manusia yang kreatif, cakap dan teramp[il yang dapat berguna di masa yang akan datang.

D. Kebenaran dalam Pendidikan
Secara epistemologis, kebenaran pendidikan menunjuk hasil dari seluruh rangkaian kegiatan pendidikan. Jika bentuk dan materi pendidikan terpadu maka pendidikan itu benar adanya. Pendidikan sekolah menyelenggarakan kegiatan pembelajaran secara keilmuan untuk mencapai kebenaran ilmiah. Kebenaran ilmiah adalah landasan terbentuknya watak da sikap ilmiah.
Masyarakat terbuka bersifat monopluralistik, dimana potensi individual menyublin dalam wujud dan bentuk kesatuan menyeluruh yang dinamis, merdeka dan otonom. Salah satu cirri masyarakat terdidik adalah cxenderung produktif dalam perekonomian, ketertiban sosial menurut peraturan hukum, bidang kesehatan dalam hal ini pelayanan publik dan bidang penyelenggaraan pendidikan.
Dalam kehidupan masyarakat terdidik, kegiatan politik diselenggarakan secara benar menurut estimologi pendidikan dan penyelenggaraan kegiatan pendidikan menganut sistem terbuka. Melalui pemahan tentang objek pendidikan, maka wawasan pendidikan dan kehidupan menjadi semakin terbuka lebar. Jika wawasan pendidikan bersenyawa dengan nilai kebenaran pendidikan akan tertanam kuat dan akan membentuk sikap keterdidikan yang diharapkan.











BAB VII
ASPEK ETIKA PENDIDIKAN
-Masalah Pencerdasan Emosional-


A. Etika: Hakikat Nilai Kebaikan
Ada tiga jenis nilai yang dipersoalkan yaitu nilai keindahan, nilai kebenaran dan kebaikan. Nilai keindahan dalam cabang filsafat estetika, nilai kebaikan dalam filsafat epistemologi dan nilai kebaikan dalam filsafat etika. Etika adalah suatu studi filosofis mengenai moral. Berdasarkan pada sistematika filsafat, nilai keindahan, kebenaran dan kebaikan berada saling berhubungan secara integral menurut hokum kausalitas. Yang bernilai baik seharusnya benar dan indah, yang bernilai benar seharusnya baik dan indah, dan yang bernilai indah seharusnya benar dan baik. Pada hakikatnya kehidupan ini indah, ketika semua pihak bekerjasama saling tolong-menolong, saling memberi dalam ikatan kebersamaan yang harmonis. Hakikat nilai kebaikan itu berada di dalam perilaku.

B. Sasaran Etika Pendidikan
Kecerdasan emosional adalah sebuah perilaku yang dibangun menurut dasar ontologism dan epistemologis pendidikan. Bentuk dan wujud kecerdasan emosional adalah kemampuan mengendalikan diri untuk tidak melampaui batas. Orang yang cerdas tidak tamak dan serakah. Di dalam keluarga pengembangan kecerdasan emosional sangat bergantung pada kualitas pendidikan orang tua. Selanjutnya sekolah berkepentingan membangun criteria kecerdasan emosional, dan masyarakat merupakan tempat perbaikan perilaku moral setiap individu untuk menjadi cerdas. Dalam rangka membentuk perilaku terdidik berproses melalui langkah-langkah metodis dan sistematis kependidikan. Jika sikap terdidik tumbuh berkembang, maka beberapa contoh representative perilaku negatif berikut dapat dihindari:
1. Penegak hokum bersahabat dengan penjahat,
2. Wakil rakyat mengabaikan aspirasi rakyat konstituennya,
3. Penguasa eksekutif menindas rakyatnya,
4. Guru/dosen mengajarkan kebohongan,
5. Produsen/pedagang menipu konsumennya,
6. Dokter/ahli kesehatan memeras pasiennya,
7. Sarjana kehutanan mengunduli hutan,
8. Ahli perbankan justru menjadi pembobol bank.




BAB VIII
SISTEM PENDIDIKAN TERPADU
-Jalan Menuju Pencerdasan Moral-

A. Kharakteristik Pendidikan Keluarga
Keluarga adalah tempat pertama proses pendidikan berlangsung. Di dalamnya benih pendidikan tumbuh dalam hubungan kasih saying, tolong menolong dan saling memberikan perhatian secara timbale balik antara anggota keluarga. Pada mulanya orang tua memberikan pengetahuan tentang kasih sayang, selanjutnya bimbingan dan arahan selanjutnya pengetahuan tentang arah pemecahan masalah. Di dalam kehidupan keluarga terjadi pembudayaan kepribadian bagi setiap individu. Kegiatan pendidikan dalam keluarga berlangsung dengan sasaran pencerdasan spiritual, berupa:
1. Moral syukur dalam menerima setiap kelahiran, keberuntungan dan bahkan nasib buruk sekalipun.
2. Moral sabar dalam menghadapi persoalan kehidupan.
3. Moral ikhlas dalam menghadapi akhir kehidupan dan bencana.

B. Lembaga Pendidikan Sekolah
Lembaga sekolah lahir dan berkembang dari masyarakat, oleh dan untuk masyarakat. Lembaga pendidikan merupakan lanjutan dari pendidikan keluarga yang berfungsi menghasilkan sumberdaya manusia yang mampu mengembngkan masa depannya kelak. Lembaga pendidikan sekolah dikelolah menurut tujua tertentu, kebijakan, perencanaan dan program-program tertentu dan disusun dalam bentuk kurikulum. Berdasarkan kedudukannya corak khusus pembelajaran disekolah sbb:
1. Setiap sekolah menyelenggarakan pembelajaran khusus menurut jenjang kelas.
2. Setiap kelas berisi sejumlah peserta didik dalam umur relative homogeny agar kegiatan belajar mengajar lancar.
3. Waktu pembelajaran relative lama sesuai dengan program pendidikan yang telah direncanakan.
4. Isi materi pendidikan cenderung menenkankan pada sifat akademis.
5. Kualitas pendidikan sebagai sasaran utama perlu disesuaikan dengan kepentingan dan kebutuhan masa depan masyarakat.
Tanggung jawab, fungsi dan peranannya secara akumulatif sbb:
1. Berperan dan berfungsi sebagai sentral mempertanggungjawabkan kepercayaan keluarga dan masyarakat luas dalam hal pembinaan potensi akademis.
2. Kecakapan menulis, membaca dan berhitung dikembangkan secara implementatif dalam pembinaan bentuk dan corak sikap moral bagi masa depan masyarakat.
3. Lembaga pendidikan sekolah bertanggungjawab bagi kelangsungan dan perkembangan kehidupan masyarakat.
4. Melalui pendidikan sekolah potensi yang dimiliki setiap manusia diharapkan dapat berkembang.
5. Pendidikan sekolah bertanggungjawab terhadap pembinaan individu menjadi makhluk social dan cerdas dalam beradaptasi dalam masyarakat.
6. Pendidikan sekolah sebagai penyelenggara kegiatan pembelajaran dalam pengembangkan pola piker, rasa dan karsa dalam bingkai peradaban dan kebudayaan dari generasi ke generasi.

C. Lembaga Pendidikan Masyarakat
Masyarakat diartikan sebagai bentuk kehidupan social, yang merupakan perluasan dari keluarga. Di dalam masyarakat berlangsung kegiatan social ekonomi, hokum, politik, kebudayaan dan kegiatan spiritual yang menggambarkan masyarakat berposisis dan berfungsi sebagai wadah dan wahana pendidikan. Pada dasarnya penyelenggaraan pendidikan masyarakat dapat dibagi tiga yaitu:
1. Bagi yang tidak mampu bersekolah, karena ekonomi atau cacat.
2. Bagi yang putus sekolah, karena kekurangan ekonomi atau kesehatan dan sebagainya.
3. Bagi yang sedang aktif mengikuti pendidikan sekolah.
Berdasarkan sifatnya, system lembaga pedidikan masyarakat terbagi 4 yaitu:
1. Pendidikan masyarakat tidak mengenal jenjang atau kelas.
2. Peserta pendidikam masyarakat bersifat heterogen.
3. Pembelajaran diselenggarakan menurut jadawal, metoda formal dan untuk menentukan kualitas standar dilakukan evaluasi.
4. Iosi dan materi pembelajaran ditekankan pada keterampilan kerja.

D. Sistem Pendidikan Terpadu
Pendidikan berlangsung bukan saja ketika pendidik dan peserta didik berinteraksi tapi setiap terjadi komunitas dalam kepentingan dan tujuan tertentu terdapat pendidikan. Pendidikan berlangsung selama manusia masih saling berhubungan. Pendidikan seharusnya diselenggarakan secara terpadu dan berkelanjutan dari tahap pendidikan keluarga, sekolah dan sampai pada masyarakat.
1. Keluarga, Sumber Pencerdasan Spiritual
Pengetahuan kependidikan bagi orang tua meliputi wawasan filosofis dan kecakapan hidup. Sumber-sumber pendidikan moral dikeluarga bias digali dari adat-istiadat, peradaban, kebudayaan dan ajaran agama yang benar. Pada dasarnya keluarga berkewajiban meletakan dasar kependidikan berupa potensi nilai kemanusiaan.
2. Sekolah, Sumber Pencerdasan Intelektual
Pendidikan sekolah berperan sebagai penyebar nilai-nilai spiritual kemanusiaan yang telah ada dalam keluarga ke dalam setiap aspek kehidupan. Untuk membangun sumberdaya manusia yang cerdas integlektual maka yang perlu diperhatikan adalah materi pembelajaran perlu diorganisasikan dalam bentuk kurikulum, disusun menurut sasaran-sasaran konkret dan sistem organisasi administrasi menejemen pendidikan perlu direkonstruksi dengan melibatkan ppotensi masyarakat.
3. Masyarakat, Sumber Pencerdasan Moral Emosional
Sasaran tertinggi dari penyelenggaraan pendidikan adalah menghasilkan sumberdaya manusia yang cerdas intelektual yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Manusia yang cerdas intelektualnya adalah yang cakap dalam bidangnya dann terampil melaksanakannya. Oleh karena itu semua pihak perlu meningkatkan kepeduliannya terhadap arti, keberadaan, fungsi dan peranan pendidikan sekolah yang dapat menghasilkan sumberdaya manusia yang berguna dalam masyarakat pada masa depan.






















BAB IX
PENUTUP
-Proto Tipe Masyarakat Terdidik-


A. Pilar Bangunan Masyarakat Terdidik
Masyarakat terdidik dianalogikan sebagai bangunan yang tersusun atas pilar (foundation). Dalam rangka menciptakan perkembangan, mutlak harus dilakukan perubahan-perubahan, dimana manusia harus memiliki daya kompetensi, kecakapan, dan keterampilan hidup. Setiap orang yang sadar aka nasal usulnya dan tujuan kehidupannya pasti memiliki filsafat hidup. Beberapa kategori adil yaitu:
1. Adil terhadap diri sendiri, yaitu memperlakukan diri sendiri pada batas hakekatnya sebagai manusia, bukan binatang.
2. Adil terhadap sesama manusia, yang penuh tanggungjawab terhadap sesama manusia.
3. Adil terhadap alam, sehingga kelangsungan hidupnya dapat terjaga.
Jadi, berbuat adil terhadap diri sendiri, sesame manusia dan alamnya adalah cermin filsafat dan sikap hidup yang sebenarnya.
B. Model Bangunan Masyarakat Terdidik
Masyarakat terdidik dengan pilar dasar berupa kecerdasan spiritual, intelektual dan kecerdasan emosional mendorong terbentuknya suatu ide masyarakat yang berkeadilan, masyarakat beradab.sperpaduan antara potensi spiritual, intelektual dan potensi emosioanl akan terbentuk masyarakat terdidik yang saling berhubungan secara kausal. Ketiganya merupakan unsure moral bersyukur, bersabar dan berikhlas.
1. Moral bersyukur mengandung suatu arti hakiki, dimana di dalamnya tersirat suatu keteguhan hati, keyakinan total bahwa kehidupan ini adalah nyata bukan kebetulan belaka.
2. Moralbersabar, disimpulkan dari perenungan terhadap eksistensi kehidupan ini. Segala tantangan yang ada dalam hidup ini harus dsapat diatasi. Tanp[a kesabaran kehidupan akan rusak dan tidak teratur.
3. Moral ikhlas, merupakan hasil analisis perenungan tentang tujuan hidup.

C. Masyarakat Terdidik, Masyarakat Maju
Masyarakat yang dijiwai oleh moral rasa bersyukur, berarti masyarakat tersebut memiliki kecerdasan spiritual, dengan kecerdasan ini kehidupan masyarakat cenderung tidak sekuler matrealistis, melainkan bersifat spiritual religious. Kehidupan manusia dengan moral bersabar ditandai dengan adanya sikap dan perilaku percaya diri atas kemampuan nasional dalam hal mengatasi setiap persoalan yang dating. Dengan kecerdasan emosional kehidupan manusia semakin kokoh dalam otonomi dan kebebasannya, ssemakin kreatif dan semakin ikhlas dalam memberikan pertolongan terhadap masyarakat lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar